Teknologi biogas, baik pembuatan maupun penggunaan gas bio sebagai sumber energi telah lama dikembangkan. Pengembangan biogas ini terutama dilakukan oleh kalangan para petani di Inggris, Rusia dan Amerika serikat.
Di Asia, perkembangan teknologi biogas telah dimulai di India ketika menjadi jajahan Inggris. Di Indonesia, pembuatan dan penggunaan biogas mulai digalakkan pada awal tahun 1970-an dengan tujuan utama untuk memanfaatkan limbah organik yang berlimpah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, serta mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah.
Pada awal perkembangannya, biogas dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam skala rumah tangga seperti penerangan dan memasak. Pada perkembangan selanjutnya, biogas dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih besar seperti untuk kebutuhan industri dan mengolah hasil-hasil peternakan dan pertanian, bahkan di Negara-negara maju, di Eropa dan Amerika utara memproduksi biogas secara besar-besaran dengan tujuan komersial. Banyak pembangkit listrik untuk suatu wilayah digerakkan dengan menggunakan energi dari biogas ini.
Pertambahan penduduk yang cepat di dunia ini, termasuk Indonesia, telah menyebabkan kebutuhan energi menjadi meningkat. Masalah energi telah menjadi masalah dunia, terutama sejak terjadinya krisis energi (minyak) yang terjadi pada tahun 1970an. Kebutuhan dan ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbarui, telah menjadikan masalah ini menjadi masalah yang secara internasional perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya.
Perkembangan teknologi biogas yang telah lama dikembangkan sebagai salah satu alternatif energi juga mulai berkembang dengan pesat sejak terjadinya krisis energi. Pengembangan ini dengan tujuan utama untuk pemanfaatan gas metana yang dihasilkan, serta hasil ikutannya yang berupa kompos untuk digunakan dalam bidang pertanian dan kehutanan.
Di Indonesia, perkembangan teknologi biogas ini tergolong lambat. Namun saat ini, telah cukup banyak digester yang diproduksi dan dijual kepada para pengguna, meskipun dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebagai pengganti minyak tanah untuk memasak. Pengembangan pada umumnya terbatas pada para peternak untuk memanfaatkan kotoran ternaknya. Kotoran ternak ini ditampung dalam suatu digester yang dibangun dari beton di dalam tanah, dan gas yang dihasilkan ditampung dalam suatu tabung pengumpul. Dari tabung pengumpul, gas metana disalurkan menggunakan selang atau pipa ke kompor gas di dapur. Teknologi yang diterapkan dalam digester skala rumah tangga ini sangat sederhana, mudah dilakukan, sehingga sangat sesuai untuk dikembangkan oleh para peternak skala kecil sekalipun yang banyak tersebar di pedesaan-pedesaan di seluruh Indonesia.
(Sodikin)
Di Asia, perkembangan teknologi biogas telah dimulai di India ketika menjadi jajahan Inggris. Di Indonesia, pembuatan dan penggunaan biogas mulai digalakkan pada awal tahun 1970-an dengan tujuan utama untuk memanfaatkan limbah organik yang berlimpah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, serta mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah.
Pada awal perkembangannya, biogas dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam skala rumah tangga seperti penerangan dan memasak. Pada perkembangan selanjutnya, biogas dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih besar seperti untuk kebutuhan industri dan mengolah hasil-hasil peternakan dan pertanian, bahkan di Negara-negara maju, di Eropa dan Amerika utara memproduksi biogas secara besar-besaran dengan tujuan komersial. Banyak pembangkit listrik untuk suatu wilayah digerakkan dengan menggunakan energi dari biogas ini.
Pertambahan penduduk yang cepat di dunia ini, termasuk Indonesia, telah menyebabkan kebutuhan energi menjadi meningkat. Masalah energi telah menjadi masalah dunia, terutama sejak terjadinya krisis energi (minyak) yang terjadi pada tahun 1970an. Kebutuhan dan ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbarui, telah menjadikan masalah ini menjadi masalah yang secara internasional perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya.
Perkembangan teknologi biogas yang telah lama dikembangkan sebagai salah satu alternatif energi juga mulai berkembang dengan pesat sejak terjadinya krisis energi. Pengembangan ini dengan tujuan utama untuk pemanfaatan gas metana yang dihasilkan, serta hasil ikutannya yang berupa kompos untuk digunakan dalam bidang pertanian dan kehutanan.
Di Indonesia, perkembangan teknologi biogas ini tergolong lambat. Namun saat ini, telah cukup banyak digester yang diproduksi dan dijual kepada para pengguna, meskipun dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebagai pengganti minyak tanah untuk memasak. Pengembangan pada umumnya terbatas pada para peternak untuk memanfaatkan kotoran ternaknya. Kotoran ternak ini ditampung dalam suatu digester yang dibangun dari beton di dalam tanah, dan gas yang dihasilkan ditampung dalam suatu tabung pengumpul. Dari tabung pengumpul, gas metana disalurkan menggunakan selang atau pipa ke kompor gas di dapur. Teknologi yang diterapkan dalam digester skala rumah tangga ini sangat sederhana, mudah dilakukan, sehingga sangat sesuai untuk dikembangkan oleh para peternak skala kecil sekalipun yang banyak tersebar di pedesaan-pedesaan di seluruh Indonesia.
(Sodikin)